Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran
penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern.
Pentingnya proses belajar dapat dipahami dari traditional/local wisdom,
filsafat, temuan penelitian dan teori tentang belajar. Traditional/local wisdom
adalah ungkapan verbal dalam bentuk frasa, peribahasa, adagium, maksim,
kata mutiara, petatah-petitih atau puisi yang mengandung makna eksplisit
atau implisit tentang pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. Sebagai
contoh: Iqra bismirobbika ladzi kholaq (Bacalah alam semesta ini dengan
nama tuhanmu); Belajarlah sampai ke negeri China sekalipun (Belajarlah
tentang apa saja, dari siapa saja dan dimana saja); Bend the willow when it is
young (Didiklah anak selagi masih muda); Berakit-rakit ke hulu berenangrenang ke tepian (Belajar lebih dahulu nanti akan dapat menikmati hasilnya).
Dalam pandangan yang lebih komprehensif konsep belajar dapat digali
dari berbagai sumber seperti filsafat, penelitian empiris, dan teori. Para ahli
filsafat telah mengembangkan konsep belajar secara sistematis atas dasar
pertimbangan nalar dan logis tentang realita kebenaran, kebajikan dan
keindahan. Karena itu filsafat merupakan pandangan yang koheren dalam
melihat hubungan manusia dengan alam semesta. Plato, dalam Bell-Gredler
(1986: 14-16) melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam diri
manusia dan dibawa lahir. Sementara itu Aristoteles melihat pengetahuan
sebagai sesuatu yang ada dalam dunia fisik bukan dalam pikiran.
Baca artikel Kurikulum Merdeka